BLA MAKASSAR
Jl. AP PETTARANI NO 72A

Internalisasi Nilai Moderasi Beragama pada Profil Pelajar Pancasila

Oleh: Asnandar Abubakar – Analis Kebijakan BLAM

Tujuan Pendidikan nasional mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi Marusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hal ini termaktub dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sejak itu (2003) arah pendidikan nasional mengoptimalkan penguatan ketakwaan peserta didik dan bermoral serta berakhlak mulia.

Dalam mencapai tujuan pendidikan ini, dibuat kebijakan kurikulum pendidikan nasional tingkat dasar dan menengah yang bermuara pada penguatan ketakwan. Mulai dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) atau kurikulum tahun 2004, ada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) atau yang dikenal dengan kurikulum 2006, kurikulum K13 atau kurikulum tahun 2013, kurikulum merdeka belajar atau kurikulum tahun 2022. Pada tahun 2020 ada kurikulum darurat yang sempat diterapkan karena kondisi pandemik covid-19. Sebelum diterbitkan Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003, ada kurikulum cara belajar siswa aktif (CBSA) atau kurikulum tahun 1994.

Kurikulum KBK mengarahkan pengembangan pengetahuan, sikap, dan minat peserta didik untuk memiliki ketetapan dan tanggunjawan dengan memperhatikan keimanan, nilai, dan budi pekerti yang luhur. Kurikulum KTSP mengarahkan lembaga pendidikan untuk mengembangkan potensi dan karakteristik daerah dengan tetap memperhatikan nilai dan penguatan ketakwaan peserta didik. Kurikulum K13 mempersiapkan peserta didik beriman dan bertakwa serta mampu berkonstribusi pada kehidupan berbangsa dan bernegara. Kurikulum merdeka belajar mengarahkan peserta didik pada profil pelajar pancasila.

Profil pelajar pancasila memiliki 6 (enam) dimensi yaitu: 1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, 2) mandiri, 3) bergotong-royong, 4) berkebinekaan global, 5) bernalar kritis, dan 6) kreatif. Elemen-elemen dari masing-masing dimensi ini sangat berkesesuaian dengan nilai-nilai moderasi beragama. Ada 4 (empat) indikator dari moderasi beragama yaitu: 1) komitmen kebangsaan, 2) toleransi, 3) anti kekerasan, dan 4) akomodatif pada lokalitas atau kearifan lokal.

Dimensi bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia memiliki elemen salah satunya berakhlak kepada sesama manusia yang memiliki sikap moderat dalam beragama, menghindari pemahaman keagamaan dan kepercayaan yang eksklusif dan ekstrim, sehingga ia menolak prasangka buruk, diskriminasi, intoleransi, dan kekerasan terhadap sesama manusia baik karena perbedaan ras, kepercayaan, maupun agama. Membangun toleransi dan menghormati penganut agama dan kepercayaan lain, sehingga menjaga kerukunan hidup sesama umat beragama, menghormati kebebasan menjalankan ibadah. Sikap ini seiring dengan nilai-nilai moderasi beragama terutama pada indikator penguatan toleransi dan anti kekerasan.

Dimensi mandiri, elemen terpenting pada dimensi ini adalam pemahaman diri dan situasi yang dihadapi. Arah yang diharapkan peserta didik dapat melakukan refleksi terhadap kondisi dirinya dan situasi yang dihadapi mencakup refleksi terhadap kondisi diri, baik kelebihan maupun keterbatasan dirinya, serta situasi  dan tuntutan perkembangan yang dihadapi. Hal ini akan membuat ia mengenali dan menyadari kebutuhan pengembangan dirinya yang sesuai dengan perubahan dan perkembangan yang terjadi. Kesadaran tersebut akan membantunya untuk dapat menetapkan tujuan pengembangan diri yang sesuai dengan kondisi diri dan situasi yang dihadapi, memilih strategi yang sesuai, serta mengantisipasi tantangan dan hambatan yang mungkin terjadi. Elemen ini memberi penguatan pada nilai-nilai moderasi beragama terutama indikator anti kekerasan. Peserta didik akan mengatur dirinya memberikan penilaian pada sikap yang tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial dan agama

Dimensi bergotong-royong memiliki elemen untuk membangun sikap berkolaborasi, peduli, dan berbagi. Elemen-elemen ini akan memperhatikan dan bertindak proaktif terhadap kondisi di lingkungan fisik dan sosial. Ia tanggap terhadap kondisi yang ada di lingkungan dan masyarakat untuk menghasilkan kondisi yang  lebih baik. Ia merasakan dan memahami apa yang dirasakan orang lain,  memahami perspektif mereka, dan menumbuhkan hubungan dengan orang dari beragam budaya yang menjadi bagian penting dari kebinekaan global. Ia memiliki persepsi sosial yang baik sehingga ia memahami mengapa orang lain bereaksi tertentu dan melakukan tindakan tertentu. Ia memahami dan menghargai lingkungan sosialnya, serta menghasilkan situasi sosial yang sejalan dengan pemenuhan kebutuhan berbagai pihak dan pencapaian tujuan. Elemen ini sesuai dengan nilai-nilai moderasi beragama pada indikator toleransi dan akomodasi terhadap lokalitas. Tindakan toleransi dapat menyelaraskan tindakan sendiri dengan tindakan orang lain untuk melaksanakan kegiatan dan mencapai tujuan kelompok di lingkungan sekitar, serta memberi semangat kepada orang lain untuk bekerja efektif dan mencapai tujuan bersama.

Dimensi berkebinekaan global memiliki elemen untuk mendalami budaya, pemahaman akan budaya-budaya baik lokalitas maupun regional memberikan rasa empati untuk menghormati kebiasaan dan adat orang lain, sehingga akan mempermudah dalam pergaulan dan interaksi sosial masyarakat. Menumbuhkan rasa menghormati terhadap keanekaragaman budaya dan identitas budaya akan memberikan wawasan terhadap potensi dan karakteristik daerah. elemen penghormatan terhadap budaya ini sesuai dengan nilai-nilai moderasi beragama dalam indikator akomodasi terhadap budaya atau kearifan dalam segmen lokalitas dan kedaerahan. Akomodasi pada budanya memberikan pemahaman pentingnya melestarikan dan merayakan tradisi budaya untuk mengembangkan identitas pribadi, sosial, dan bangsa Indonesia serta mulai berupaya melestarikan budaya dalam kehidupan sehari-hari.

Dimensi bernalar kritis, elemen pada dimensi ini ditujukan untuk memperoleh dan memproses informasi dan gagasan baik dengan data kualitatif maupun kuantitatif. Ia memiliki rasa keingintahuan yang besar, mengajukan pertanyaan yang relevan, mengidentifikasi dan mengklarifikasi gagasan dan informasi yang diperoleh, serta mengolah informasi tersebut. Ia juga mampu membedakan antara isi informasi atau gagasan dari penyampainya.  Selain itu, ia memiliki kemauan untuk mengumpulkan data atau fakta yang berpotensi menggugurkan opini atau keyakinan pribadi. Berbekal kemampuan tersebut, Pelajar Pancasila dapat mengambil keputusan dengan tepat berdasarkan informasi dari berbagai sumber yang relevan dan akurat. Elemen dini memberi penguatan pada komitmen kebangsaan. Dengan gagasan yang baik dari informasi yang akurat, peserta didik akan membangun komitmennya untuk berbuat yang terbaik, terutama pada bangsa dan negara.

Dimensi kreatif, aspek penting dalam pengembangan krativitas adalah menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal, berupa representasi kompleks, gambar, desain, penampilan, luaran digital, realitas virtual, dan lain sebagainya. Ia menghasilkan karya dan melakukan tindakan didorong oleh minat dan kesukaannya pada suatu hal, emosi yang ia rasakan, sampai dengan mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan sekitarnya. Selain itu, pelajar yang kreatif cenderung berani mengambil risiko dalam menghasilkan karya dan tindakan. Aspek ini mendukung komitmen kebangsaan dalam moderasi beragama. Karya-karya yang otentik akan memperkaya identitas kebangsaan.

Sumber:

  • Buku Putih Moderasi Beragama. Kementerian Agama Republik Indonesia. 2019.
  • Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum, Dan Asesmen Pendidikankementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologinomor 009/H/Kr/2022 Tentang Dimensi, Elemen, Dan Subelemen Profil Pelajar Pada Pancasila Kurikulum Merdeka.

You may also like...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *