BLA MAKASSAR
Jl. AP PETTARANI NO 72A

Beri Paparan Moderasi Beragama, LHS: Pada Wilayah Internum, Orang Harus Radikal!

Penggagas modrasi beragama, Dr. (HC) Lukman Hakim Saifuddin, didampingi Prof. Dr. H. Muh. Ghalib, MA.
(Guru Besar Ilmu Tafsir pada Fakultas Ushuluddin & Filsafat UIN Alauddin Makassar) dan moderator Apt. Alwiyah Nur Syarif, S.Farm., M.Si pada kegiatan Diseminasi Gagasan Moderasi Beragama yang digelar di Hotel Claro, Makassar (19/12)

MAKASSAR, BLAM – “Agama datang dari Yang Maha Sempurna, olehnya itu tidak perlu lagi dimoderasi. Yang dimoderasi adalah cara kita memahami agama, jadi beragamanya yang dimoderasi.”

Demikian disampaikan Lukman Hakim Saifuddin saat menyampaikan ulasan bertajuk “Membangun Perspektif yang Tepat dan Mengurai Prasangka tentang Moderasi Beragama” pada kegiatan Diseminasi Gagasan Moderasi Beragama yang diinisiasi Balai Litbang Agama Makassar (BLAM), pada Senin (19/12) di Hotel Claro, Makassar.

Penggagas moderasi beragama ini menekankan bahwa moderasi beragama dan moderasi agama merupakan dua hal sangat berbeda sama sekali. Ia menegaskan, agama tidak perlu dimoderasi karena agama itu sendiri telah mengajarkan prinsip moderasi, keadilan, dan keseimbangan.

 “Ketika hanya bertumpu pada teks dan mengabaikan konteks, apa yang tertulis pada kitab suci, itulah yang disimpulkan dan diamalkan. Nah, ini yang berlebih-lebihan dan melampaui batas. Demikian juga jika terlalu mendewakan nalar dan mengabaikan teks. Ini juga berlebihan,” ujar Menteri Agama ke-22, ini.

Alumni Pondok Modern Darussalam Gontor, ini, menegaskan bahwa sejatinya agama adalah memanusiakan manusia dengan semangat menebar kasih sayang. Putra Menag era Orla, KH Saifuddin Zuhri, ini, meyakini bahwa setiap agama mempunyai ajaran-ajaran yang bersifat universal.

“Jadi, inti pokok itu yang universal, bukan yang partikular. Yang ushuli, bukan furu’i. Yang kulliyyah, bukan yang juz’iyyah,” tegasnya.

Moderasi beragama fokus agar bagaimana inti pokok ajaran agama tidak diingkari, tidak disimpangi.

“Itu yang menjadi concern moderasi beragama yang ketika mengejawantahkan, mengimplementasikan, mewujudkan esensi ajaran agama, fokus perhatiannya adalah esensi atau inti pokok ajaran agama,” sambung LHS.

Moderasi Beragama, lanjut LHS, adalah upaya terus-menerus yang tidak berkesudahan bagaimana agar setiap kita sebagai umat beragama memiliki cara pandang, sikap, dan kemampuan untuk mempraktekkan ajaran-ajaran agama dalam kehidupan bersama.

Di lain sisi, LHS, menegaskan untuk radikal pada wilayah internum. Menurutnya, pada wilayah internum orang harus radikal dalam beragama.

“Tidak ada toleransi dalam internum. Pada wilayah internum, orang harus radikal dalam beragama” tegas LHS.

Wilayah internum yang dimaksud LHS merupakan wilayah spiritual seseorang yang sangat privat dan individual. Internum adalah sebuah wilayah tempat beradanya pengakuan batin personal seorang individu. Di sinilah tempat beradanya keyakinan spiritual individual yang secara persis hanya diketahui oleh sang empunya sendiri. (nr)

You may also like...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *