
GORONTALO, BLAM – Balai Litbang Agama Makassar (BLAM) bekerjasama dengan Rumah Moderasi Beragama (RMB) IAIN Sultan Amai Gorontalo menggelar kegiatan Diseminasi Gagasan Moderasi Beragama di Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Sultan Amai Gorontalo pada Kamis (24/11).
Setelah sebelumnya digelar di Makassar dan Manado, kota Gorontalo merupakan kota ketiga yang menjadi tempat pelaksanaan Diseminasi Gagasan Moderasi Beragama.
Menurut Kepala Subbagian Tata Usaha BLAM, Andi Isra Rani, kegiatan ini bertujuan untuk mengkampanyekan gagasan moderasi beragama sekaligus mendorong implementasinya.
Mewakili Rektor, Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, Andries Kango, menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya pada BLAM atas terlaksananya kegiatan Diseminasi Gagasan Moderasi Beragama ini. Andries Kango juga menyarankan kepada mahasiswa yang hadir agar menyerap ilmu sebanyak-banyaknya dari pertemuan ini. Menurutnya, Moderasi beragama merupakan ide gagasan yang luar biasa yg dimiliki bangsa Indonesia.
“Yang menarik adalah hal itu telah disampaikan oleh nabi kita Muhammad SAW. Sabda beliau, khairul umuri, ausathuha merupakan hadis yang tidak panjang dan sepintas merupakan hal yang ringan. Namun jika kita telaan lebih jauh memberikan kejelasan bahwa sebaik-baik perkara adalah berada di tengah, tidak terlalu ke kanan, tidak juga terlalu ke kiri,” ujar penulis buku Tahuda Lo Mimbaru U Mo’o Lamahe Lipu, ini.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala BLAM, Saprillah, juga turut memberikan arahan sekaligus membuka legiatan Diseminasi Gagasan Rumah Moderasi Beragama secara resmi. Dalam sambutannya, pria yang akrab disapa Pepi ini menjelaskan bahwa moderasi beragama menjadi semacam inspirasi gerakan baik itu gerakan yang sifatnya berupa gerakan aksi ataupun intelektual.
“Dalam konteks kampus, kita butuh gagasan qauli wa fi’li, gagasan dan praktek. Saya berharap moderasi beragama ini bahkan bisa menjadi satu domain theoritic dalam kajian sosiologi agama atau dalam kajian perbandingan antar mazhab atau kajian antar teologi bisa menjadi satu grand theory yang menunjukkan identitas theoritic yang berasal dari Nusantara.
Saprillah mengajak mahasiswa yang hadir untuk melibatkan diri dalam kampanye-kampanye positif penguatan moderasi beragama melalui dunia maya. Menurutnya, konten-konten melalui akun FB, IG, Youtube, TikTok, dan lain-lain harus memberi warna untuk meningkatkan literasi digital masyarakat dalam penguatan moderasi beragama.
Saprillah juga menegaskan bahwa moderasi beragama bukan identitas namun terejawantah dalam aktifitas.
“Ketika membincang moderasi beragama tidak lagi berkata saya moderat Anda tidak moderat tapi kita sama-sama berada dalam garis moderasi lalu kita beraksi bersama untuk menguatkan kebangsaan kita,” pungkas Saprillah. (nr)