BLA MAKASSAR
Jl. AP PETTARANI NO 72A

Coaching Clinic Jurnal dan Tirtayatra

Penulis berpose di Kawasan Pura Agung Wanakerta Jagatnatha Provinsi Sulawesi Tengah

Oleh I Gst. Ayu Uik Astuti – Arsiparis Kementerian Agama Kabupaten Gowa

Arsiparis Kementerian Agama Kabupaten Gowa menjadi salah satu peserta yang diberi kesempatan oleh Balai Litbang Agama Makassar (BLAM) untuk menjadi bagian dari Coaching Clinic Jurnal Pusaka Volume 10 Edisi 2 Tahun 2022. Sebanyak 51 peserta ikut ambil bagian dalam kegiatan ini. Setibanya di Palu para peserta mendapat pendampingan terkait dengan penulisan jurnal yang dimentori langsung oleh orang-orang profesional di bidang penulisan jurnal. Salah satu tujuan penulisan artikel yang diangkat oleh arsiparis adalah merubah mindset tentang arsip.

Artikel yang ditulis oleh penulis merupakan ungkapan perasaan dan harapan di samping sebagai pengembangan kompetensi yang dimiliki. Melalui tulisan, kita akan menyampaikan ide serta rencana tentang sebuah fokus masalah sehingga pemikiran dapat berkembang. Jurnal dapat menjadi stimulus berupa komunikasi verbal bagi orang lain untuk mencari bahan inspirasi. Kemampuan akan menulis jurnal akan semakin matang apabila memiliki intensitas penulisan yang banyak, sebab menulis membutuhkan kemampuan yang harus terus diasah.

Setelah menyelesaiakan tulisan yang menjadi kewajiban penulis, BLAM memberikan kesempatan kepada peserta untuk menikmati indahnya kota Palu. Kota Palu adalah ibukota dari Provinsi Sulawesi Tengah, dengan lokasi yang berada di tepi lautan.  Kota Palu berasal dari kata Topalu’e yang berarti tanah yang terangkat, karena pada awalnya daerah ini adalah lautan. Kota Palu memiliki lembah, lautan, sungai, teluk, dan pengunungan, dengan jumlah penduduk sebanyak 372.113 jiwa.

Terbentuknya Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964. Kota Palu terdiri dari 8 Kecamatan dengan 46 Kelurahan. Banyak ciri khas yang dimiliki kota Palu salah satunya adalah Kaledo. Kaledo adalah sup tulang sapi yang telah dimask hingga empuk. Selain kaledo makanan khas kota palu lainnya adalah sayur kelor, teri goreng, labia dange, sayur santan, sayur asam, bau ngau (ikan kering), dan sayur ikan.

Masyarakat Palu sangat heterogen yang terdiri dari banyak suku seperti suku Bugis, Toraja, Mamasa, Mandar, Gorontalo, dan Kaili. Suku Kaili adalah suku asli yang berasal dari Sulawesi Tengah. Tempat wisata yang bisa dinikmati di kota Palu juga banyak seperti rumah adat kota Palu (Sou Raja), Masjid Apung, Museum Sulawesi Tengah, Bukit Doda, Pura Agung Wanakertha Jagatnatha, dan masih banyak lagi yang lainnya.  Arsiparis Kementerian Agama Kabupaten Gowa yang terpilih menjadi salah satu penulis yang ikut serta dalam kegiatan Coaching Clinic Jurnal Pusaka kali ini, menjatuhkan pilihan pertamanya untuk menikmati kota Palu yang dipilih adalah Pura Agung Wanakertha Jagatnatha sebagai objek wisata religi. Pura Agung Wanakertha Jagatnatha ini beralamat di Jalan Bukit Jabal Nur, Kelurahan Talise, Kecamatan Mantikulore, Palu, Sulawesi Tengah. Pura ini lebih dari berjarak 5 km dari tempat Coaching Clinic Jurnal Pusaka diadakan tepatnya di Hotel Swiss Bell Palu, yang berlokasi di Jalan Malonda No. 12, Kota Palu.

Pura ini berdiri sejak tahun 1984 yang memiliki luas lebih dari 2 hektar, dengan kedudukan sebagai pura Jagatnatha dengan posisi menghadap ke laut menjadikan pura ini semakin menarik dan indah. Pura Wanakertha Jagatnatha ini letaknya bersebelahan dengan Universitas Muhammadiyah Palu. Pura Agung ini menjadi salah satu rumah ibadah umat Hindu yang terkena gempa bumi beberapa tahun lalu yang mengguncang kota Palu. Gempa yang terjadi pada saat itu diikuti dengan tsunami yang terjadi tepatnya pada tanggal 28 September 2018 silam.

Pura Agung Wanakertha Jagatnatha juga menjadi tempat ibadah bagi umat Hindu terbesar di Sulawesi Tengah, bahkan untuk wilayah Indonesia Timur. Pura ini terdiri dari 3 wilayah ibadah yakni utama mandala, madya mandala, dan nista mandala. Utama mandala merupakan tempat melakukan persembahyangan, madya mandala merupakan halaman bagian tengah, dan nista mandala adalah halaman paling terluar areal pura. Pura yang dihiasi dengan ukiran khas bali ini juga memiliki gedung serba guna yang berada dilokasi madya mandala (jaba tengah). Gedung serba guna ini biasanya dikenal dengan istilah Bale Banjar yang berfungsi sebagai tempat untuk bermusyawarah, kegiatan adat, maupun kegiatan sosial lainnya.

Tempat ini dijadikan pilihan Tirtha Yatra bagi salah satu Arsiparis Kementerian Agama Kabupaten Gowa yang kebetulan beragama Hindu. Tirta Yatra merupakan kunjungan ketempat-tempat suci yang merupakan wujud bakti dan rasa terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Tujuan dari Tirta Yatra termuat dalam Sarasamuscaya Sloka 279 yang meyebutkan bahwa keutamaan Tirtha Yatra, amat suci, lebih utama daripada pensucian dengan yajna, dan dapat dilakukan oleh orang miskin sekalipun (Sarasamuscaya, 279).

Merangkai kata menjadi sebuah tulisan yang bermakna dengan Tirta Yatra sebagai bentuk menjaga keharmonisan dengan sang Pencipta adalah hal yang luarbiasa dan tak terlupakan, begitu juga dengan tujuan utama datang ke kota Palu yang terungkap dalam pantun berikut:

Menyelesaikan tulisan bersama BLAM di Kota Palu

Tidak terasa masih ingin di sini dulu

Tetapi kita harus pulang dahulu

Membawa tulisan yang bermutu

Selain mendapat ilmu penulisan jurnal kegiatan Coaching Clinic Jurnal Pusaka ini juga memberikan kesempatan untuk menikmati indahnya kota Palu, sehingga pembelajaran ini terasa lengkap, khususnya untuk wisata religi yang dapat dinikmati di kota Palu. Artikel ini sebagai catatan perjalanan aktivitas yang terjadi dalam kegiatan Coaching Clinic Jurnal Pusaka tahun 2022 di Kota Palu.

Menulis jurnal bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan namun banyak cara yang bisa dilakukan agar kegiatan menulis bisa menyenangkan misalnya menulis sambil menikmati keindahan Kota Palu. Manfaat dari menulis jurnal antara lain dapat mengatasi stres, meningkatkan daya kreativitas, mudah mengingat suatu kejadian, lebih fokus, dan dapat meningkatkan rasa percaya diri.

Menulis dapat dilakukan di manapun dan kapanpun, karena ide dapat muncul di manapun dan kapanpun. Jurnal dapat juga dijadikan indikator bagi seseorang terkait dengan akuntabilitas kinerja yang mereka miliki, serta melalui jurnal kita dapat menyampaikan pesan untuk sesuatu yang sifatnya lebih membangun.

You may also like...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *