
MAKASSAR, BLAM – Sebagai upaya mengevaluasi pelaksanaan orientasi moderasi beragama, Balai Litbang Agama Makassar (BLAM) menginisiasi pertemuan antar stakeholder dalam wilayah kerja Kementerian Agama khususnya di Kota Makassar dan dua kabupaten tetangga, yakni Maros dan Gowa.
Bertempat di Hotel Aryaduta Makassar, Selasa (18/10), kegiatan ini dihadiri utusan dari Kanwil Kemenag Povinsi Sulawesi Selatan, Kemenag Kota Makassar, UIN Alauddin Makassar, Balai Diklat Keagamaan (BDK) Makassar, Kemenag Maros, Kemenag Gowa, serta peserta internal BLAM.
Menurut Kepala BLAM, Saprillah, moderasi beragama akan mencapai tujuannya jika satuan kerja di bawah Kementerian Agama menjadi dinamisator dan katalisator dalam penguatan moderasi beragama.
“Jadi kalau semua satker ini bekerja berbarengan, dengan sistem yang terintegrasi satu sama lain, maka moderasi beragama akan mencapai tujuannya,” ujar Saprillah saat memberikan sambutan sekaligus membuka acara secara resmi.
Saprillah juga menjelaskan jika tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah mengevaluasi penguatan moderasi beragama sebagai satu gerakan yang sifatnya project menjadi gerakan sosial. Menurutnya, penguatan moderasi beragama memiliki daya sustainability yang tinggi sebab memiliki akar pijak epistemologi dan ideologis yang kuat yang diletakkan oleh Bapak Moderasi Beragama, Lukman Hakim Saifuddin yang kemudian dilanjutkan oleh menteri-menteri selanjutnya.
“Tentu ini menjadi tantangan bersama karena basis kita memang program. Namanya program itu kalau dia tidak punya akar epistemologi dan ideologis yang kuat memang akan rapuh karena dia basisnya program sebab program itu akan berganti-ganti. Olehnya itu, saya mengajak bapak ibu hari ini duduk bersama mengeksplorasi hal-hal yang menurut kita menjadi kelemahan dan kelebihan program kita selama setahun ini, mengevaluasi dan merancang langkah ke depan sebab bekerja bareng akan menghasilkan sesuatu. Yakin saya!” imbuh pria yang juga dikenal sebagai Instruktur Nasional Moderasi Beragama, ini.
Model evaluasi yang diterapkan dalam kegiatan ini adalah redesigning dalam artian membaca ulang design yang ada kemudian menawarkan design-design baru ke depannya dengan menggunakan metode evaluasi CIPP.
CIPP merupakan metode evaluasi yang terdiri dari Context evaluation: evaluasi terhadap konteks, Input evaluation: evaluasi terhadap masukan, Process evaluation: evaluasi terhadap proses, dan Product evaluation: evaluasi terhadap hasil. Evaluasi dengan model CIPP sangat efektif dalam lingkup fungsinya, karena model ini bersifat mendasar, menyeluruh, dan terpadu. (nr)