MAKASSAR, BLAM — Balai Litbang Agama Makassar (BLAM) menggelar Rapat Pembahasan Jurnal Al Qalam Edisi Khusus Tahun 2022 pada Senin (29/8) di Ruangan Masamba 1-3 Hotel Aryaduta Makassar. Rapat yang diikuti oleh 40 orang peserta ini membahas tentang hasil temuan tim peneliti yang telah melakukan pendalaman terkait dengan indeks kerukunan umat beragama (KUB) di 12 kota yang merupakan wilayah kerja BLAM, di antaranya: Makassar, Kendari, Mamuju, Palu, Manado, Gorontalo, Samarinda, Tarakan, Ternate, Manokwari, Jayapura, dan Ambon.
Kepala Subbagian Tata Usaha BLAM, Andi Isra Rani, yang juga menjabat sebagai Pemimpin Redaksi menyebutkan bahwa kegiatan ini melibatkan pegawai BLAM dan eks. peneliti BLAM yang kini berdinas di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Rapat pembahasan ini diikuti oleh peserta dari IAIN Ternate (Maluku Utara), PR Khazanah Keagamaan dan Peradaban BRIN, PR Agama dan Kepercayaan KMB BRIN, PR Manuskrip, Literatur, dan Tradisi Lisan BRIN, PR Masyarakat dan Budaya BRIN, dan peserta internal BLAM. Kegiatan yang berlangsung fullday ini juga dihadiri oleh professor riset BRIN yang menjadi mitra bestari (peer reviewer), yakni: Prof. Dr. H. Abd. Kadir Ahmad MS, Prof. Dr. H. Abd. Kadir M, M. Ag, Prof. Dr. H. M. Hamdar Arraiyyah, M. Ag, dan Prof. Dr. H. Idham, M. Pd.
Di sela kegiatannya yang padat, Kepala BLAM, Dr. Saprillah, menyempatkan hadir memberikan arahan sekaligus membuka acara secara resmi. Dalam sambutannya, pria yang kerap disapa Pepi ini, mengatakan bahwa kegiatan rapat pembahasan ini tidak akan bicara hal teknis seperti seminar hasil karena sebenarnya tujuan rapat pembahasan adalah ruang pembahasan tulisan-tulisan yang akan diterbitkan di Jurnal Al Qalam Edisi Khusus.
“Forum ini tidak akan bicara hal teknis seperti seminar hasil karena ini sebenarnya ruang pembahasan tulisan-tulisan yang akan diterbitkan di Al Qalam Edisi Khusus. Kita punya dua pendekatan: berbasis narasi dan berbasis aplikasi. Temuan hasil pendalaman di lapangan akan dimuat juga pada website resmi BLAM. Di narasi, yang kita butuhkan adalah konsep-konsep soal perjumpaan, soal active engagement, soal ruang-ruang mana yang menjadi penyangga utama kerukunan itu terbentuk, ada juga ruang sosial, juga kultural. Ruang-ruang itu yang sedang kita ingin eksplorasi,” imbuh pria yang juga menjabat sebagai Ketua Lakpesdam NU Sulsel, ini.
Indeks KUB merupakan ruang diseminasi riset kebijakan berupa pemetaan kondisi kerukunan umat beragama di Indonesia. Selain itu, riset ini pun memotret dinamika keagamaan aktual sekaligus mencari formula solusi untuk kebijakan keagamaan yang lebih baik. (nr)