BLA MAKASSAR
Jl. AP PETTARANI NO 72A

Pertemuan Nasional Rumah Moderasi Beragama PTKN Se-KTI Dibuka Rektor UINAM

MAKASSAR, BLAM—Pertemuan Nasional Pengurus Rumah Moderasi Beragama PTKN Se-Kawasan Timur Indonesia resmi digelar. Kegiatan yang diinisiasi Balai Litbang Agama Makassar (BLAM) ini mempertemukan pengurus dan fasilitator Rumah Moderasi Beragama PTKN Se-Kawasan Timur Indonesia ini dihelat di Hotel Dalton Makassar, 27-29 Juli 2022.

Kepala Subbagian Tata Usaha BLAM, Andi Isra Rani selaku ketua penyelenggara melaporkan bahwa kegiatan ini dihadiri oleh 70 orang peserta yang terdiri dari peserta eksternal sejumlah 46 orang yang terdiri dari utusan BDK Makassar, UIN Alauddin Makassar, UINSI Samarinda, IAIN Manado, IAKN Manado, IAIN Kendari, IAIN Datokarama Palu, IAIN Bone, IAIN Palopo, IAIN Parepare, IAKN Toraja, IAKN Sorong, IAIN Ternate, IAIN Ambon, IAKN Ambon, IAIN Sultan Amai Gorontalo, STAIN Majene, STAKPN Sentani, dan peserta internal BLAM.

Sementara itu, Kepala BLAM, Saprillah, menjelaskan bahwa alasan utama pelaksanaan kegiatan ini adalah gerakan moderasi beragama tidak boleh bergerak secara parsial.

“Pengarusutamaan moderasi beragama ini tidak boleh bergerak secara parsial sebab jika demikian maka akan mate colli’ (red: layu sebelum berkembang) dan salah satu sudut yang menurut saya strategis adalah Rumah Moderasi Beragama,” imbuh Saprillah saat memberikan sambutan di awal acara.

Tantangan Rumah Moderasi Beragama

Kegiatan pembukaan Pertemuan Rumah Moderasi Beragama PTKN Se-Kawasan Timur dibuka secara resmi oleh Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof. Hamdan Juhannis, M.A., Ph.D. Dalam kesempatan tersebut, pria yang juga dikenal sebagai penulis novel Melawan Takdir ini membawakan ceramah umum yang berjudul “Moderasi Beragama sebagai Spirit Pengembangan Kampus”.

Menurut Prof. Hamdan ada beberapa hal yang menjadi tantangan dalam pengarusutamaan moderasi beragama, di antaranya: kampus sebagai rujukan utama sering tidak optimal dalam memainkan peran sentralnya sebagai rujukan.

Hal selanjutnya yang menjadi tantangan dalam penguatan moderasi beragama ialah kaum akademisi belum terpadu dalam memahami moderasi beragama. Prof. Hamdan mengibaratkan moderasi beragama sebagai orkestrasi.

“Belum lahir orkestrasi. Padahal harus dibangun orkestrasi itu sebab orkestrasi dibangun dari keragaman sebagaimana paduan bunyi yang beragam yang melahirkan keterpaduan dan menghasilkan keindahan,” ujar pria yang merampungkan pendidikan strata-3nya di Australian National University (ANU) Canberra jurusan Morphology alias Ilmu Linguistik.

Di akhir ceramah umum yang dibawakan, pria kelahiran Desa Mallari, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone, ini, menyerukan untuk satu komando dalam penguatan moderasi beragama.

“Selain menggiatkan kreatifitas melalui literasi digital, menggiatkan ToT (Training of Trainer), penguatan melalui kurikulum dan bahan ajar atau modul moderasi beragama, ada satu hal yang juga tak kalah penting yaitu kita patutnya satu komando, satu barisan dalam penguatan moderasi beragama,” pungkas Prof. Hamdan.

Rumah Moderasi Beragama merupakan lembaga pelaksana penyelenggara penguatan moderasi beragama di lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri (PTKN) yang bertugas menjalankan fungsi moderasi beragama. Isu-isu strategis semacam konflik dan kekerasan berlatar belakang agama, intoleransi dan eksklusivisme, rendahnya literasi digital, literasi media dan budaya instan, serta politik identitas merupakan hal yang seyogyanya menjadi perhatian Rumah Moderasi Beragama.

Pengarusutamaan moderasi beragama melalui Rumah Moderasi Beragama diharapkan bukan lagi pilihan namun merupakan kewajiban sebab salah satu kontribusi penting Rumah Moderasi Beragama adalah menghidupkan nilai-nilai keIslaman yang inklusif, toleran, dan rahmatan lil alamin. (nr)

You may also like...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *