BLA MAKASSAR
Jl. AP PETTARANI NO 72A

Pawang

Benarkah ada kekuatan yang bisa memindahkan hujan? Ah, ini sih biasa. Hampir semua tempat di nusantara dan dunia punya orang-orang seperti ini. Mappanini bosi (memindahkan hujan) adalah istilah yang sudah saya dengar sejak kecil. Mappanini bosi ini bisa dalam bentuk memindahkan hujan, mengurangi volume hujan, menghentikan hujan, atau membuat hujan lebat. Pokoknya mengendalikan hujan. Kemampuan ini adalah bakat. Tidak semua orang bisa, hanya orang-orang tertentu saja. Pawang hujan bukanlah sesuatu yang unik dan aneh dalam tradisi nusantara. Sekali lagi, setiap tempat bahkan satu kampung kecil biasanya ada orang yang dianggap memiliki kemampuan sebagai pengendali hujan.

Saya sangat menyukai para pengendali ini, baik di dunia nyata maupun di dunia film. Itu alasan mengapa saya menyukai serial Avatar Aang dan Avatar Korra. Mereka adalah pengendali semua elemen. Itu pula alasannya saya menyukai Dr. Strange di dunia Marvels. Dia mengagumkan karena mampu mengendalikan ruang dan waktu.  

Para pawang adalah orang yang memiliki kemampuan “berbicara” dengan alam. Suatu kemampuan biasa yang dimiliki manusia-manusia nusantara (mungkin saja di tempat lain). Mereka muncul sebagai bagian dari negosiasi alam dan kepentingan manusia. Di Sulawesi Selatan, para bissu dan sanro adalah orang yang mampu melakukan negosisasi ini dalam berbagai bentuk. Para pawang adalah orang yang dipercayai memiliki kedekatan dengan alam dan pemilik-Nya. Kedekatan ini bisa bersifat spesifik (melalui keturunan) atau melalui proses tirakat panjang. Mereka biasanya mengerti sifat alamiah dari alam, yaitu “sistemik dan mekanis”.

Para pawang sejatinya bukan manusia pertunjukkan. Dalam banyak kasus, para pawang ini bekerja dari ruang tersembunyi dan menjauhi orang. Perhatikan! Di rumah-rumah sanro selalu ada ruang ekslusif. Logikanya sederhana. Ini adalah proses merayu alam semesta dengan intim, bukan show off. Kedekatan sang pawang dengan alam ini tidak boleh terlihat menonjol. Mereka harus berada di ruang tersembunyi dan sebisa mungkin tidak diketahui banyak orang.

Dalam konteks ini, pawang hujan Mandalika adalah bagian dari sportainment. Itu sukses. Kehadiran Rara, sang pawang menjadi daya tarik tersendiri. MotoGp Mandalika menjadi khas. Laman-laman Twitter olahraga menampilkan sisi ini. Viral dan menjadi perbincangan global. Saya yang tidak sempat menonton bahkan lebih tahu aksi Rara, sang pawang tinimbang aksi para rider kawakan. Sampai tulisan ini dibuat, saya lupa nama para rider yang naik podium. Tetapi aksi Rara? Suguhannya datang dengan suka rela di laman Facebook, Instagram, Twitter, dan situs berita online tanpa saya minta. Beberapa rekan FB yang saya tahu bukan pencinta MotoGP turut berkomentar.

 Para pengendali hujan ini adalah satu titik dalam ekosistem alam. Mereka sebenarnya bukan manusia superpower. Para pawang tidak akan mampu mendatangkan hujan di musim kemarau panjang. Mengapa? Karena mereka bukan mengelola semesta dan siklusnya tetapi berada dalam siklus itu. Hanya mengubah sedikit. Kemampuan mendatangkan hujan hanya bisa dilakukan apabila alam menyediakan awan. Awan tercipta dalam siklus alamiah. Tidak diciptakan oleh para pawang.

Nah, saya ingin masuk ke ruang yang sedikit seram. Mengubah pola dan siklus alam adalah pekerjaan beresiko. Teori ilmiah manapun menyebutkan bahwa kunci keberlangsungan alam semesta adalah keseimbangan. Tubuh manusia adalah potret keseimbangan. Yang disebut sehat adalah tubuh yang seimbang dan tidak melampui batasan keseimbangan. Kolestrol adalah unsur penting dalam tubuh, tetapi dengan takaran yang pas. Tubuh butuh kolestrol, gula, asam lambung dengan takaran yang produktif dan seimbang. Melewati batas keseimbangannya, tubuh pasti linglung dan sakit.

Para pawang bekerja dengan sistem negosiasi. Alam diminta mengubah sedikit sistemnya. Tetapi jika komunikasi dan negosiasi tidak berjalan baik, alam akan memberikan perlawanan balik. Dalam ritus tradisional, nyawa binatang menjadi bagian dari proyek negosiasinya. Itulah sebabnya di balik semua pengendalian manapun, ada tumbalnya. Mengapa? Karena sekali lagi alam sudah diciptakan dengan mekanisme yang paten. Saya menduga agama melarang praktik ini sebagai bagian dari penyelamatan dunia dari keinginan manusia untuk mengendalikan alam.

 Mengendalikan hujan pada dasarnya mengubah watak fisika dan matematika alam. Para pengendali ini harus memperhitungkan dengan baik, bahwa memindahkan hujan dari satu tempat berarti menumpuk di tempat lain. Ini bisa berarti menyelamatkan kepentingan manusia di satu tempat tetapi menyengsarakan manusia di tempat lainnya.  Karena itulah, proses pengendalian ini harus dilakukan dengan serendah hati mungkin.

Tetapi ingat! Ada pengendali raksasa yang sedang mengutak-atik alam semesta untuk kepentingan “kemajuan manusia”. Alam dieksploitasi, hutan digunduli, laut dikuras ekosistemnya tanpa disertai dengan tindakan-tindakan penyelamatan keseimbangan semesta. Efeknya dahsyat sekali. Musibah dan bencana terjadi dimana-mana. Teorinya jelas! Mengubah wajah alam semesta berarti bersedia menerima akibatnya.

Para pawang dari kelas manapun sekali lagi harus memikirkan ekosistem alam yang membutuhkan keseimbangan. Jangan sering berhasrat mengubah, memindahkan, atau menghentikan hujan atas nama kepentingan tertentu. Biarkan alam bekerja sesuai ritmenya dan jangan suka mengintervensinya karena itu beresiko, Bro!

You may also like...

1 Response

  1. Ambo berkata:

    Andalan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *